TUKANG TELAT






“Mbak, kita mulai dulu atau bagaimana?” ujar pria di depanku, Pak Jupri, sambil melihat arloji Tissot nya.

“Ehm….tunggu sebentar ya Pak, 30 menit lagi gimana?” jawabku sambil berharap-harap cemas.

Gimana nggak berharap cemas, pria di depanku ini orang penting, calon klien, yah masih calon dan kalau aku dan temanku berhasil meyakinkan dia untuk menggunakan jasa kami, bisa dipastikan Rp. 30.000.000,- itu bakal masuk ke rekening kami.

Sebenarnya aku enggan di awal partner dengan Meta, seseorang yang sedang kami tunggu.  Aku tahu, dia orang yang tidak pernah bisa on time di segala acara. Jadi, janjian kali ini di GECO pun sudah aku majukan sejam, demi Meta bisa hadir on time, demi pencitraan profesionalitas kami di depan calon klien. Tapi apa daya, akhir-akhir ini Meta sering meminta pekerjaan padaku. Uangnya yang menipis masih pula dikejar-kejar kolektor kartu kredit.

 Siapa sih teman yang tega kalau ada sahabatnya yang lagi kesusahan begitu. Di sisi lain, kemampuan dia dalam mendesain ruangan memang harus aku akui jempol. Dan aku tahu pasti kalau dia cukup sabar dalam menghadapi klien yang suka berubah-ubah kemauannya.
Semalam kami sudah finishing presentasi kami untuk hari ini. Dan seluruh berkas serta file ada di laptop Meta. Dia berusaha meyakinkanku untuk membawa semua berkas presentasi, untuk menunjukkan rasa tanggung jawabnya akan pekerjaan ini. Ya, entah kenapa selama menyelesaikan rancangan desain ini, Meta tidak pernah telat untuk janjian ketemu. Dan sekarang aku menyesali kebodohanku sendiri.

Mencoba memberikan preview rancangan kami, sambil mengulur waktu, tidak cukup membuat Pak Jupri berhenti melirik arlojinya. I know I know….. dia sudah ada janji berikutnya dengan orang lain, dan memang aku yang salah. Arrgghhhh…..Meta, kamu tega banget sih. Aku sudah coba kasih kepercayaan ini ke kamu. Aku bikin dosa apa sih sama kamu. Please deh, setidaknya balas WA aku yang bahkan dibaca pun nggak. Udah sampai mana sih kamu ini, kan aku bisa lanjutkan basa-basi sambil menikmati wajah ala Tom Cruise-nya Pak Jupri ini.

“Mbak Siska, maaf banget ya. Tapi saya harus segera meninggalkan tempat. Kita sudah 2 jam di sini, sesuai yang mbak Siska sampaikan di telepon kemaren. Saya sudah ada janji ketemu sama orang lain,” akhirnya kalimat yang aku takutkan itu keluar juga.

“Iya Pak, maaf beribu maaf. Saya juga tidak tahu apa yang terjadi sama teman saya. Saya janji, hal seperti ini tidak terjadi lagi. Mohon saya dikasih kesempatan ya, Pak,” rajukku.

“Nanti saya pertimbangkan lagi ya, Mbak, selamat siang.”

Menjabat tangan Pak Jupri dengan tangan lemas begini, nggak meyakinkan, dan tersisa sedikit harapan bahwa aku masih bisa dapat kesempatan ketemu lagi.
Shit! awas ya Met, awas kamu, keterlaluan emang. Sumpah serapah yang hanya bisa di hati ini saja sambil keluar dari Geco. Sepertinya harus segera lari ke gym, siap siap cari samsak tinju.

Begitu kupakai helm, tasku bergetar. Halah pasti WA masuk, dari Meta?? Basi, males ah. Biar dia tahu rasa gimana kalo dicuekin. Tapi getarnya sepertinya telepon masuk nih, aku ambil nggak ya, males soalnya udah pasang helm. Males mau pegang handphone kalo nggak ada berita bagus. AKU MALES!

Entah kenapa tangan ini tetep meraba isi dalam tasku, mencari handphone.
Wow, miscall dari Wawan, jangan-jangan ngajak janjian ketemu nih, senyum sumringah  tiba-tiba terpancar dari wajahku. Yah gimana nggak seneng kalau gebetan kita nelpon, betul nggak??

Oh dia send message, mungkin karena aku nggak angkat teleponnya. Ih, deg-degan jantungku….

“Sis, Meta lagi ada di RKZ. Kamu langsung aja ke IGD ya. Aku tunggu,”

WA singkat itu membuatku melongo. Meta? Kecelakaan? Dan tak sadar air mata ini menetes di pipi. Sambil kulaju motor beat ku, aku mengutuk diriku sendiri. Maafin aku, Tuhan, udah prasangka nggak karuan. But wait, kok Meta sama Wawan??


Ditulis Oleh Sinta Sari-Surabaya-Peserta Kelas Flash Fiction 23/02/2020



1 Comments

  1. Karena sudah berulang kali ngaret jadinya kita suujon terus ma dia yah

    ReplyDelete